Jumat, 30 Agustus 2013

TENTANG DAYEUHKOLOT (PART 3)

  Ketika pada bagian satu kita berbicara tentang sejarah dan beberapa peninggalannya, kali ini kita berbicara tentang kondisi geografis dan dampaknya dan pada bagian dua kita berbicara  tentang kondisi geografis dan dampaknya, Pada bagian ini kita berbicara tentang kondisi kependudukan dan ekonominya.

Letak Dayeuhkolot


Dayeuhkolot, sebuah kecamatan yang terletak di Bandung Selatan, sebuah daerah yang namanya sangat melambung lebih karena merupakan daerah rawan banjir ini ternyata memiliki sisi-sisi lain yang cukup menarik. Terdapat 6 desa/kelurahan yang tergabung dalam wilayah teritorial kecamatan Dayeuhkolot, yang terdiri dari desa Pasawahan, Dayeuhkolot, Citeureup, Cangkuang Wetan, Cangkuang Kulon, dan Sukapura. Dengan luas 1.114,677 ha, saat ini Dayeuhkolot telah menampung sebanyak 29.221 kepala keluarga yang terdiri dari 50.656 laki-laki dan 51.184 perempuan yang didalamnya tidak hanya penduduk pribumi tapi juga banyak pendatang yang masuk ke daerah ini. Sedangkan kondisi kepadatan penduduk 9136,279 jiwa/km2, Dayeuhkolot tergolong sebagai daerah yang sangat padat. Walaupun Dayeuhkolot merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan kota Bandung, tapi tetaplah saja hal ini cukup mengagetkan karena mengingat Daeuhkolot berada di wilayah kabupaten bukan di area kota. Salah satu potensi sumber daya manusia di Dayeuhkolot yang dapat dimaksimalkan adalah jumlah penduduk yang berada di usia produktif yang sangat mendominasi, yaitu 53,39% atau menyentuh angka 54371 orang. Apabila penduduk di usia produktif dapat dimanfaatkan dengan baik, maka tentu saja hal ini dapat menjadi ujung tombak perwujudan Dayeuhkolot yang maju dan sejahtera, tapi bila pemudanya terjebak dalam urusan pribadi dan lebih berafiliasi kepada kehidupan hedonisme, tak terelakkan lagi bahwa penduduk di usia produktif itu akan menjadi beban bagi daerah ini.

Proses pembuatan kain


Dalam catatan kecamatan Dayeuhkolot, tercatat bahwa jumlah penduduk mutasi yang disebabkan karena datang di 2011 menyentuh angka 116 orang. Dengan jumlah industri besar dan menengah sebesar 67 buah dan telah mampu menyerap tenaga kerja 20.271 orang dari dalam dan luar Dayeuhkolot, angka mutasi datang di 2011 bisa menjadi sebuah pemakluman. Ditambah lagi Industri kecil sebanyak 129 buah yang mampu menyerap tenaga kerja 6.396 orang serta industri rumah tangga sebanyak 461 buah yang mampu menyerap 1.012 orang, maka sangat wajar bila dikatakan bahwa kecamatan Dayeuhkolot termasuk sebagai wilayah industri. Tetapi ironinya, banyaknya indsutri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar ternyata belum mampu menjadi motor penggerak perwujudan kehidupan yang sejahtera pada warga kecamatan Dayeuhkolot, ini terbukti dengan masih sangat rendahnya Upah Minimum Kota/kabupaten (UMK) di kabupaten Bandung, yaitu Rp 1.233.000 per bulan, dan wawancara saya dengan beberapa pekerja di pabrik besar dan menengah di kecamatan Dayeuhkolot, ternyata masih banyak pekerja yang mendapat gaji per bulan di bawah UMK, ada yang hanya mendapatkan gaji Rp 500.000 per bulan, Rp 700.000 per bulan dan variasi gaji yang lain. Belum lagi penerapan sistem outsource yang sangat merugikan pekerjanya, bahkan tidak sedikit yang dipecat menjelang Lebaran untuk menghindari pemberian Tunjangan Hari Raya (THR).
            Selain menjadi kawasan industri, Kecamatan Dayeuhkolot yang memiliki luas tanah sawah sebesar 88.177 ha yang semuanya menggunakan sistem irigasi sederhana juga menjadi salah satu tempat mata pencaharian utama warganya. Dari luas tanah sawah itu, tercatat ada 2.938 orang petani pemilik tanah, petani penggarap tanah 10.201 orang, petani penggarap/penyekap 3.332 orang, serta buruh tani sebanyak 1.051 orang. Dari data diatas, dapat terlihat bahwa setiap petani pemilik tanah memiliki tanah rata-rata 30 ha, ini membuktikan bahwa ternyata petani yang memiliki modal besarlah yang menguasai pertanian di daerah kecamatan Dayeuhkolot. Apabila hal ini dibiarkan dapat menyebabkan jarak antara miskin dan kaya semaki jauh, hal ini dapat berdampak besar pada beberapa sisi kebutuhan dasar masyarakat seperti sisi sandang, pangan, dan papan yang semakin timpang.

Kondisi pasar Dayehukolot


      Kecamatan Dayeuhkolot memiliki 3 pasar utama, hal ini salah satu yang mendorong 9.865 warga masyarakat Dayeuhkolot untuk menjadikan berdagang sebagai mata pencaharian mereka. Pasar inilah yang selama ini menjadi tonggak ekonomi di kecamatan Dayeuhkolot, karena sebagian besar warganya melakukan bisnis secara riil bukan non-riil yang berbentuk saham. Ketika transaksi jual-beli lebih banyak dilakukan di pasar atau tempat yang langsung mempertemukan penjual dan pembeli hal ini dapat mempercepat laju ekonomi, karena meminimalisir para pemilik modal besar.
            Untuk bagian polkam Dayeuh kolot memiliki jumlah anggota hansip se kecamatan sebanyak 120 orang, jumlah Pos Kamling atau Ronda sebanyak 174 buah dan tidak mempunyai anggota Menwa serta Kamra. Bencana kebakaran pernah melanda kecamatan Dayeuhkolot, bencana ini terjadi di Kampung Babakan Sangkuriang RT 1 RW 3 Desa/Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, yang mengakibatkan 61 jiwa atau dua belas kepala keluarga mengungsi ke Masjid As Syuhada dan satu rumah kosong. Api itu menghanguskan sepuluh rumah kontrakan dikawasan itu, diduga api berasal dari tungku kayu salah seorang penghuni rumah yang kemudian menjalar dengan cepat dengan bantuan angin hingga membakar rumah sekitarnya.
  Sangat jelas, bahwa Kecamatan Dayeuhkolot bukan hanya daerah yang melambungkan namanya dengan Banjir tapi juga memiliki sisi yang lain seperti industri, kepadatan penduduknya, dan sisi ekonominya.
Selesai :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar